Yayasan Rumah Satu Hati: Cerita Perjuangan Orang Tua Pasien Pengidap Gangguan Hati Kronis
Tuesday, 17 December 2024 10:50 WIBAnggi, salah satu orang tua pasien pengidap gangguan hati kronis. (Foto: Radarsuara.com)
Radarsuara.com - Yayasan Rumah Satu Hati terus menunjukkan peran besar dalam membantu pasien anak pengidap gangguan hati kronis.
Yayasan ini menjadi rumah kedua bagi banyak keluarga yang berjuang melawan penyakit langka gangguan hati kronis.
Anggi, seorang ibu dari anak pengidap gangguan hati kronis, membagikan pengalaman emosionalnya tentang peran penting yayasan Rumah Satu Hati dalam perjuangannya.
"Transplannya 8 Agustus 2024, perkembangan setelah transplan alhamdulillah anak jauh lebih sehat," ungkap Anggi saat diwawancara langsung pada Minggu, 15 Desember 2024.
Ia menceritakan bahwa sebelum mengenal Yayasan Rumah Satu Hati, perjuangan menghadapi penyakit anaknya dilakukan sendiri.
"Sebelumnya saya berjuang sendiri sejak 2016, saya ke RSCM, apa-apa sendiri, saya waktu itu belum tahu Yayasan Rumah Satu Hati," jelas Anggi.
Anggi baru mengenal dan bergabung dengan yayasan ini pada September 2023, saat kondisi anaknya kembali memburuk setelah sebelumnya sempat membaik.
"Anak saya sempat sembuh, pas anak saya sakit lagi, parah lagi, baru saya dikenalin sama pengurusnya ya, sama Yayasan Rumah Satu Hati. Saya baru bergabung September tahun lalu, 2023," tambahnya.
Anggi mengaku kehadiran Yayasan Rumah Satu Hati membawa perubahan besar dalam hidupnya.
"Sebelum kenal yayasan ini, saya berjuang sendiri. Karena ada yayasan ini saya merasa terbantu banget, saya merasa ada keluarga, jadi kita bisa saling support, saling edukasi, itu bagus banget," katanya dengan penuh rasa syukur.
Yayasan Rumah Satu Hati tidak hanya memberikan dukungan kepada keluarga pasien di Jakarta, tetapi juga menjangkau mereka yang berada di luar kota.
"Berkat yayasan ini, kami orang tua pasien (pengidap gangguan hati kronis), bukan hanya yang dari Jakarta saja, tapi juga yang di luar Jakarta, yang jauh-jauh jadi tahu bagaimana cara pengobatannya, prosesnya, ngurus-ngurusnya," ujar Anggi.
Ia juga menggambarkan betapa beratnya perjuangan para pejuang gangguan hati kronis.
"Kalau kanker atau apa kan ada gejalanya mungkin ya, tapi anak pejuang hati (pengidap gangguan hati kronis) itu enggak, nanti kadang pagi-pagi masih ceria, ketawa-ketawa, malam tiba-tiba drop, tiba-tiba parah dan bahkan beberapa harus gugur," ungkapnya dengan nada haru.
Cerita Anggi adalah salah satu dari banyaknya cerita-cerita di balik tembok Yayasan Rumah Satu Hati.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023