Yayasan Rumah Satu Hati Resmikan Rumah Singgah, Siap Bantu Lebih Banyak Anak Pengidap Gangguan Hati Kronis
Monday, 16 December 2024 11:38 WIBPendiri Yayasan Rumah Satu Hati, Dyah Putri Ambarwati (Kiri) dan Ketua Yayasan Rumah Satu Hati, Hery Aldian (Kanan). (Foto: Radarsuara.com)
Radarsuara.com - Yayasan Rumah Satu Hati menggelar acara peresmian Rumah Singgah di Jalan Cempaka Putih Tengah, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada Minggu, 15 Desember 2024.
Rumah Singgah bertujuan membantu anak-anak pengidap gangguan hati kronis untuk mendapatkan tempat tinggal sementara selama masa pengobatan.
Selain itu, di Rumah singgah juga pasien akan mendapatkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, mulai dari makan sehari-hari, pampers, susu dan lain-lain.
Ketua Yayasan Rumah Satu Hati, Hery Aldian menjelaskan bahwa Rumah Singgah ini bukan sekedar tempat tinggal sementara bagi pasien, melainkan juga sebagai pusat informasi, edukasi, hingga sosialisasi dan motivasi untuk para orang tua pasien yang anaknya mengidap gangguan hati kronis.
"Rumah hati ini adalah rumah khusus untuk anak-anak dengan gangguan hati, bisa jadi tempat tinggal sementara, bisa juga buat tempat kita pertemuan antara orang tua dari pasien dengan para relawannya, tempat pusat informasi juga di sini. Di sini informasi yang kami berita seputar tahapan pengobatan, (Termasuk) soal transplantasi, mereka yang mau transplantasi persiapannya bagaimana. Selain itu, kami juga memotivasi orang tua, mengedukasi juga," ujar Hery saat ditemui di Rumah Singgah, Jakarta.
Hery menceritakan besarnya antusias warga setempat yang juga hadir dalam acara peresmian Rumah Singgah, mereka menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan Yayasan Rumah Satu Hati.
"Tadi penerimaannya sangat baik, warganya juga mendukung dan sangat antusias, malah kita kaget yang datangnya banyak. (Warga) senang ada kehadiran kita di sini, dan menyambut baik," tutur Hery.
Diperkirakan warga yang hadir dan memberikan dukungan di acara tersebut kurang lebih mencapai 80 orang.
"(Yang hadir) Perkiraan kalau lihat tadi sih 80-an ya, soalnya kan banyak juga kita kaget, di luar dugaan, tapi mungkin juga lebih," ungkap Hery memperkirakan.
Rumah Singgah Yayasan Rumah Satu Hati ini diprioritaskan untuk pasien pengidap gangguan hati kronis dari luar Jabodetabek yang mengalami kesulitan terkait akses dan biaya pengobatan ke Jakarta.
Meski demikian, warga yang berada di kawasan Jabodetabek juga tetap bisa mendapatkan bantuan dari mulai informasi, edukasi, motivasi hingga pendampingan selama masa pengobatan.
Selain itu, bagi warga Jabodetabek yang mengalami kesulitan terkait akses pengobatan ke Jakarta juga tetap dibantu oleh Yayasan ini.
"Di sini prioritasnya yang di luar Jabodetabek, walau kadang Bekasi Bogor itu itungannya kan (Wilayah) Jabodetabek, tapi beberapa dari mereka kesulitan kesini, akses ke Jakarta jauh dari sini gitu biayanya mahal segala macam, itu kita bantu juga. Kaya misal Gunung Putri itu kan kalau kesini biayanya, usahanya besar juga, berangkatnya jam berapa gitu kan, kalau naik Grab mahal juga," jelas Hery.
Yayasan Rumah Satu Hati tidak pernah memungut biaya kepada orang tua pasien, setiap pasien yang datang ke Rumah Singgah akan difasilitasi dari mulai tempat tinggal sementara, makan, pampers hingga susu.
"Kami (Selama) 7 tahun sebelumnya di tempat yang lama, belum pernah orang tua pasien ngeluarin uang sedikit pun, belum pernah kita minta biaya. mulai dari tempat tinggalnya, makannya, makan tiap hari kita subsidi, pampers-nya, bahkan kalau ada pasien yang meninggal pun kita antar pulang, ke ujung negeri pun kita anterin, walau pun kita enggak pernah ngejanjiin gratis," ungkap Hery.
Hery juga mengingatkan bahwa penyakit gangguan hati kronis perlu perhatian khusus, karena termasuk penyakit langka dan berbahaya yang bisa mengancam nyawa pengidapnya.
"Atresia Bilier itu cuma salah satu dari banyaknya nama penyakit hati seperti ini. Gangguan hati kronis itu bukan penyakit biasa, ini langka dan mematikan. Beberapa kasus anak-anak pagi harinya terlihat sehat-sehat saja, tau-tau malamnya sakit hingga meninggal dunia," jelasnya.
Salah satu penggagas sekali gus pendiri Yayasan Rumah Satu Hati, Dyah Putri Ambarwati menceritakan perjuangan yayasan tersebut yang cukup panjang, yayasan ini didirikan atas dasar kemanusiaan, dan diawali dengan kepedulian.
Dyah juga menjelaskan tentang program kegiatan Rumah Satu Hati, yang pada dasarnya terfokus pada edukasi dan sosialisasi.
"Kalau pasien-pasien baru itu biasanya yang hubungi kami nanti akan kami bantu edukasi dan motivasi satu per satu, karena setiap orang itu biasanya bawa cerita yang berbeda-beda setiap daerahnya. Ada yang mau lanjut tahap pengobatan tapi tidak ada pendonor, tapi ada juga masalah-masalah lain. Jadi, setiap orang punya jalan cerita yang beda-beda, setiap pasien baru yang terhubung pasti akan kami edukasi satu per satu," ujar Dyah.
Rencananya, kegiatan tersebut kedepannya akan dilakukan secara daring dan luring di Rumah Singgah yang baru tersebut.
"Nanti pasien-pasien yang membutuhkan edukasi, terutama pasien baru itu setiap sebulan sekali kami adakan Google Meet. Rencananya sih kami akan mulai laksanakan hybrid (Daring dan luring), karena kan lokasinya sekarang (Rumah Singgah) memadai ya," lanjut Dyah.
Dyah menceritakan Yayasan Rumah Satu Hati sempat mengadakan program pelatihan guna membantu orang tua pasien agar terhibur dan tidak mudah patah semangat, membantu menguatkan mental mereka. Sayangnya program tersebut sempat terhenti karena Covid-19, dan rencananya akan kembali dilaksanakan di rumah singgah baru tersebut.
"Sempat terhenti, dulu kami sebelum Covid-19 punya agenda bulanan, yaitu pelatihan mandiri setiap bulan. Orang-orang yang punya keahlian itu kita undang untuk mengisi pelatihan, tujuannya apa? pertama ya tentu untuk menambah keahlian di bidang apa pun yang positif, yang kedua untuk refreshing orang tua pasien, supaya motivasinya tetap kuat, supaya enggak putus semangat, supaya mentalnya tetap sehat. Nah program ini akan kami laksanakan lagi di Rumah Singgah baru ini," tuturnya.
Sudah ratusan anak pengidap gangguan hati kronis yang dibantu oleh yayasan ini, pihaknya berharap bisa lebih banyak melakukan kebaikan lagi dengan adanya rumah singgah yang baru.
"Saya selalu sampaikan ke orang tua pasien kalau saya enggak bisa menjanjikan kesembuhan, saya hanya bisa mendampingi mereka saat berjuang. Karena perjuangan tidak menjanjikan kemenangan, tapi perjuangan memberikan harapan. Ibaratnya, kalau angka nol itu kalau kita berjuang bisa bertambah jadi 20 atau 50, tapi kalau tidak berjuang ya tetap nol," ungkap Dyah.
"Kami berharap kedepannya bisa menjangkau dan membantu lebih banyak lagi anak-anak dengan gangguan hati kronis, ingin terus bertambah kebaikan, menambah hal-hal yang lebih baik lagi," tambahnya.
Yayasan Rumah Satu Hati belum memiliki donatur tetap, akan tetapi pihaknya selalu membuka pintu bagi siapa pun yang ingin terlibat dalam program kemanusiaan tersebut.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023