Pertanian dan Peternakan

Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional, Lewat MSPP Kementan Gencarkan Pemanfaatan Lahan Marginal

Sabtu, 21 September 2024 13:32 WIB
Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional, Lewat MSPP Kementan Gencarkan Pemanfaatan Lahan Marginal (Foto: Dok. Kementan)

Radarsuara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus bekerja keras dengan program-program strategisnya guna meningkatkan produktivitas dan demi mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan jika Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara terkuat di dunia melalui pengelolaan pertanian. Oleh karena itu, dia ingin jajarannya bekerja keras dan memiliki integritas.

Potensi lahan rawa mineral yang ada di Indonesia menurut Mentan Amran ada sekitar 10 juta hektar.

 "Jika pada 2024 nanti digarap 1 juta hektar dengan baik maka akan menambah peningkatan produksi beras sebanyak 2,5 juta ton," ujarnya.

Mentan menyatakan bahwasanya Indonesia akan berdaulat dan menjadi negara pengekspor beras di tahun 2027 dengan produksi beras dari lahan 10 juta ton.

Dengan syarat dalam setiap tahunnya ada peningkatan lahan 1 juta hektar, sehingga ada penambahan produksi 2,5 juta ton beras setiap tahunnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti mengatakan pemanfaatan lahan marginal untuk budidaya sayuran dan tanaman obat merupakan langkah strategis yang perlu dioptimalkan guna mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. 

“Lahan marginal yang umumnya memiliki kesuburan rendah, kondisi tanah kurang ideal, serta terbatasnya ketersediaan air, bukan berarti tidak bisa produktif”, ujar Santi.

Santi berharap dengan memanfaatkan lahan marginal secara optimal untuk budidaya sayuran dan tanaman obat, maka kita tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian saja.

Akan tetapi juga mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui penyediaan bahan pangan dan obat-obatan yang sehat dan alami.

Pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 30 bertemakan "Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Marginal untuk Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat",  Jumat (20/09/2024) dengan narasumber Ketua Tim Tanaman Obat Sayuran, Ditjen Hortikultura Budi Hartono.

Dalam kesempatan tersebut Budi mengatakan bahwa urban farming merupakan praktik budidaya yang dilakukan di lingkungan perkotaan.

Sistem ini memanfaatkan lahan terbatas atau pekarangan guna memproduksi bahan pangan secara lokal.

Dapat dilakukan dengan berbagai metode, mulai dari tanam langsung dipekarangan, dengan polybag atau pot, hidroponik dan vertikal garden.

Budi menambahkan bahwa sistem urban farming menggabungkan teknokogi modern dan mengintegrasikan antara sistem ekonomi dan ekologi perkotaan.

Tentunya hal ini merupakan solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan pangan di perkotaan, memberikan kontribusi pada upaya global untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, ungkapnya.

“Terakhir, Budi mengungkapkan bahwa salah satu upaya Kementan dalam pengembangan urban farming yang digencarkan Direktorat Jenderal Hortikultura adalah kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Gerakan Tanam Hortikultura Hidroponik, yaitu dengan cara budidaya tanaman menggunakan medium air bukan tanah, imbuhnya. (HV/NF)

 (*/Adv) 

Komentar

You must login to comment...