Beda Pandangan Antara Sri Mulyani, BI dan Bappenas Soal Ekonomi Indonesia 2026
Saturday, 05 July 2025 12:32 WIB
“Ilustrasi” ekonomi Indonesia. (Foto: iStockphoto)
Radarsuara.com - Perbedaan asumsi makro ekonomi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Bappenas memunculkan perdebatan mengenai seberapa realistis target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026.
Ketiganya menyampaikan proyeksi berbeda, dengan pendekatan dan pertimbangan yang mencerminkan posisi dan fungsi institusional masing-masing.
Kementerian Keuangan menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2% hingga 5,8%. Sementara Bank Indonesia lebih konservatif dengan estimasi 4,7% hingga 5,5%. Di sisi lain, Bappenas tampil paling optimistis dengan target 5,8% hingga 6,3%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa untuk mencapai angka pertumbuhan maksimal 5,8%, semua komponen utama ekonomi harus berkontribusi optimal.
“Kalau 2026 kami menyebutkan 5,2%–5,8%, maka PR untuk masing-masing komponen kontribusi growth harus makin tinggi lagi. Kalau 5,8%, konsumsi harus 5,5%,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan inflasi rendah.
Tak hanya itu, belanja pemerintah melalui program-program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Desa Merah Putih juga diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Fokus Kemenkeu berada pada sisi anggaran dan peran belanja fiskal dalam mendorong permintaan domestik.
Sebaliknya, Bank Indonesia melihat risiko global sebagai faktor penentu utama yang memengaruhi ekspor, dan karenanya bersikap lebih hati-hati.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai bahwa pertumbuhan akan bergantung pada ketahanan perdagangan luar negeri Indonesia.
“Proyeksi pertumbuhan ini memperhitungkan ekspor yang kemungkinan turun. Karena itu, kami mendorong pemerintah untuk perluasan kerja sama perdagangan,” ujarnya.
Untuk mendukung pertumbuhan, BI berjanji menurunkan suku bunga dan menambah likuiditas ke pasar.
Perry menyebut pihaknya sudah menurunkan suku bunga dua kali, dan akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter. Langkah ini menunjukkan fokus BI berada pada sisi moneter dan kestabilan nilai tukar serta inflasi.
Sementara itu, Bappenas menyampaikan pendekatan yang berbeda. Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyebut proyeksi pertumbuhan 6,3% sebagai target yang moderat namun dirancang dengan kehati-hatian.
“Angka 5,8% sampai 6,3% itu sebenarnya moderat juga. Tapi kita tetap harus hati-hati,” katanya.
Bappenas tidak mendasarkan asumsi pada anggaran, melainkan pada rencana pembangunan jangka menengah.
Rachmat menjelaskan bahwa pendekatan perencanaan berbeda dari penganggaran yang digunakan Kemenkeu.
Fokus Bappenas lebih kepada reformasi struktural dan keberlanjutan program jangka panjang seperti hilirisasi industri dan peningkatan produktivitas nasional.
Ketidaksamaan pendekatan ini mencerminkan tantangan koordinasi antar lembaga dalam menyusun arah ekonomi nasional.
Setiap lembaga memiliki indikator prioritas yang berbeda, Kemenkeu mengandalkan belanja fiskal, BI melalui kebijakan moneter, dan Bappenas dengan cetak biru pembangunan nasional.
Meskipun perbedaan proyeksi adalah hal wajar, penting bagi publik dan pelaku usaha untuk memahami bahwa koordinasi antarlembaga menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan ekonomi ke depan.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...

Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023
Berita Terpopuler

Komisi IV DPR RI Sambut Positif Terpilihnya Wamentan Sudaryono sebagai Ketum HKTI
Saturday, 19 July 2025 11:37 WIB
Stok Beras Tertinggi, Mentan Amran Banjir Apresiasi dari Komisi IV DPR RI
Wednesday, 02 July 2025 15:34 WIB
Wapres Gibran dan Mentan Amran Dorong Akselerasi Swasembada Gula dari Yogyakarta
Tuesday, 08 July 2025 20:28 WIB
Wapres Gibran dan Mentan Amran Berikan Solusi untuk Petani Tebu, Target Swasembada Gula di 2026
Tuesday, 08 July 2025 20:23 WIB