Nasional

Di Tengah Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus, Taman Safari Siap Kelola Kebun Binatang di Bandung

Thursday, 17 April 2025 18:36 WIB
Taman Safari. (Foto: tamansafari.com)

Radarsuara.com - Taman Safari Indonesia (TSI) tengah ditempa isu dugaan eksploitasi karyawan. Dugaan itu muncul atas pengakuan Vivi, mantan pemain sirkus di Taman Safari.

Vivi mengaku mendapat tindak kekerasaan dan eksploitasi oleh Frans, yang dikenal sebagai bos Taman Safari.

Di tengah isu miring itu, Taman Safari Indonesia (TSI) baru-baru ini menyatakan siap untuk mengelola Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo yang sejak 25 Maret 2025 sudah tidak dikelola Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) setelah tanggal 21 Maret 2025 pengurus yayasan mengundurkan diri.

Selanjutnya Bandung Zoo akan dikelola oleh tokoh-tokoh dari Taman Safari Indonesia seperti Jhon Sumampouw, termasuk juga Tony Sumampouw yang pernah menjadi bagian pengurus YMT pada tahun 2017.

"Kami siap karena sudah terlanjur dari tahun 2017 sudah siap," kata Tony Sumampouw, Komisaris TSI, dikutip Kamis, 17 April 2025.

Dalam acara diskusi dengan Forwaksi pada Rabu (16/4), kata Tony, pengelola Bandung Zoo tidak akan berbentuk yayasan, namun akan berbentuk perseroan seperti yang diminta oleh Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, dengan tujuan agar lebih proporsional.

"Ini juga sesuai Permen Nomor 22 Tahun 2019 yakni untuk lembaga konservasi umum, harus berbentuk badan usaha (PT), atau koperasi. Pak Farhan inginnya PT karena bisa dikenakan berbagai macam kewajiban, termasuk pajak," kata Tony.

Dalam mengelola Bandung Zoo, Tony mengatakan pihaknya akan menggunakan konsep open zoo yang disebutnya membuat hewan akan merasa nyaman dan aktif, dengan interaksi pengunjung bersama satwa juga akan meningkat.

Karena itu pihak TSI melakukan pembenahan hampir menyeluruh pada tata letak dan rancangan di Bandung Zoo, mulai dari gerbang tiket, ruang makan, sampai kandang, termasuk mendukung niat Kota Bandung agar Bandung Zoo memiliki pagelaran kebudayaan.

Targetnya, kata Tony, adalah untuk menarik wisatawan dari kota besar seperti Jakarta, yang disebutnya jadi barometer tingkat kualitas pariwisata.

Meskipun dengan berbagai pembenahan, ada kemungkinan harga tiket akan meningkat seperti saat ini sekitar Rp50 ribu, Tony menekankan harga tiket disesuaikan dengan target pasarnya sehingga tidak bisa disebut mahal.

"Buktinya ada tempat lain di atas Rp100 ribu tapi dia lebih ramai dari kita, tapi memang harus maju," ujarnya.

"Jika ini berhasil, Pemkot Bandung juga akan menghasilkan pajak yang luar biasa. Contoh Taman Safari Bogor ya, setiap tahunnya kita minimal Rp50 miliar sumbangan ke PAD di luar pajak lainnya seperti penghasilan," kata Tony.

Terkait kewajiban yang harus diselesaikan oleh Kebun Binatang Bandung pada Pemkot Bandung, Tony menjelaskan total utang sebelumnya adalah Rp59 miliar, namun ketika Pembina YMT Romly Bratakusuma meninggal, Pemkot Bandung memberi kelonggaran potongan sehingga total utang sekitar Rp25 miliar lebih.

"Padahal ketika kita ikut mengelola di sana 2017 sampai 2021, kita bayar satu tahunnya Rp2 miliar ke ibu Sri (janda Romly) karena beliau meyakini bisa. Tapi akhirnya itu jadi temuan kejaksaan dana angsuran itu tidak dibayar. Itu jadi kendala. Kami sudah bayar ketika ngelola, jadi ya tinggal sisanya," tutur Tony.

Editor: Mahipal

Komentar

You must login to comment...