IPB University Terjunkan Tim Ahli Klinik Tanaman ke Jawa Tengah
Monday, 16 October 2023 10:05 WIB
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menerjunkan tim ahli Klinik Tanaman ke Brebes dan Tegal, Jawa Tengah untuk membantu para petani yang kini sawah bawangnya diserang hama. (Dok.IPB)
Radarsuara.com - Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menerjunkan tim ahli Klinik Tanaman ke Brebes dan Tegal, Jawa Tengah untuk membantu para petani yang kini sawah bawangnya diserang hama.
Investigasi yang juga dilakukan di sentra bawang lain seperti Nganjuk dan Kulonprogo tersebut untuk mendeteksi hama yang menyerang pertanian tersebut.
Kepala Klinik Tanaman IPB University, Bonjok Istiaji mengatakan, hama yang baru pertama kali dikeluhkan petani pada musim tanam ini diperkirakan menimbulkan kerugian lebih dari 60 persen jika menyerang bawang berumur sekitar 35 hari. Bahkan, serangan hama itu dapat merugikan hingga 100 persen bila terjadi lebih awal pada umur bawang sekitar 25 hari.
“Gejala ini teramati pada bawang berumur 35-40 hari. Gejalanya terlihat merata dan tanaman tidak dapat hidup lagi sehingga terpaksa dipanen muda dengan nilai ekonomi merosot hingga kurang dari sepertiga kondisi normal,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin 16 Oktober 2023.
Dari hasil temuan tim di lapangan, tim ahli IPB University menemukan bahwa hama yang menyerang tersebut yakni gurem atau mreki yang kemungkinan besar itu adalah serangga thrips.
Kata Bonjok Istiaji, hewan berukuran panjang kurang lebih 1 milimeter ini memang sangat tinggi populasinya pada bawang yang bergejala menguning dan mengering seolah-olah tanaman kekurangan air.
Meskipun demikian, tim ahli masih belum sepenuhnya yakin bahwa thrips adalah penyebab dari gejala yang disebut gurem.
“Memang benar bahwa populasi thrips sangat tinggi pada tanaman yang bergejala, lebih dari 100 ekor per rumpun bawang. Namun ada gejala lain yang bukan gejala thrips pada umumnya. Jadi dapat saja justru thrips datang setelah tanaman rusak alias invasi sekunder,” jelas Bonjok Istiaji yang juga anggota tim ahli.
Kemungkinan lain adalah thrips merupakan vektor patogen, seperti virus atau cendawan sehingga serangannya memang cukup berat dan merata.
“Yang jelas, kejadian ini memang baru pertama kali dihadapi petani bawang di Indonesia. Sejumlah sampel akan kami bawa ke laboratorium di IPB University untuk diteliti lebih lanjut,” kata dia.
Anggota tim ahli lainnya, Dewi Sartiami menuturkan bahwa thrips yang ditemukan di lapangan secara morfologis berbeda dengan spesies thrips yang biasa ditemukan pada bawang yaitu Thrips tabaci.
“Kami akan pastikan lagi spesiesnya di laboratorium dengan peralatan yang lebih memadai, termasuk identifikasi molekuler,” tuturnya.
Belum selesai dengan hama gurem, petani Brebes juga mengeluhkan penyakit bawang yang mereka sebut janda pirang. Gejalanya adalah daun menguning serempak, tetapi umbinya tidak membusuk.
Setelah dikonfirmasi di lapangan, pada tanaman bergejala janda pirang juga ditemukan populasi thrips. Dengan demikian tim ahli IPB University untuk sementara menduga bahwa penyakit janda pirang berkaitan dengan hama gurem.
Hanya saja, tanaman yang terserang di Brebes berumur lebih muda, yaitu sekitar 25 hari dan belum membentuk umbi, sehingga kerugiannya dapat mencapai 100 persen atau puso karena bawang menjadi tidak dapat dipanen.
Dalam investigasi lapangan selama tiga hari terhitung 11 hingga 13 Oktober 2023 tersebut, tim ahli Klinik Tanaman IPB University mengunjungi hamparan pertanaman bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Jatibarang di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Dukuhwaru di Kabupaten Tegal. Tim yang terdiri atas sejumlah dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB University tersebut merupakan ahli-ahli serangga, virus, cendawan, nematoda, dan bakteri.
Tim ahli juga bekerja sama dengan Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Kementerian Pertanian dan jaringan petani mitra IPB University. Selain terjun langsung di lahan secara bersama-sama, sejumlah sampel bawang juga sedang dikirimkan dari Nganjuk dan Kulonprogo baik oleh petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) maupun kelompok tani ke IPB University untuk penelitian lebih mendalam.
Penulis : Dony PH
Editor. : Khaerul Umam
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...

Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023
Berita Terpopuler

Buku Saku Damai & Resolusi Konflik: Unhan Berbagi Keahlian di Palabuhanratu
Friday, 07 February 2025 13:13 WIB
Premanisme Hambat Investasi, Kadin Pusat Desak Reformasi Sistem dan Penindakan Tegas
Tuesday, 11 February 2025 10:53 WIB
Dukung Ekspor Pertanian, Wamentan Luncurkan Program Milenial Siap Ekspor di Bali
Wednesday, 12 February 2025 21:31 WIB