Menag Nasaruddin Umar Dorong Ekoteologi dan Toleransi Masuk Kurikulum Pendidikan Agama
Wednesday, 22 January 2025 16:34 WIBMenteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar. (Foto: Instagram @nasaruddin_umar)
Radarsuara.com - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta konsep ekoteologi dan pelestarian alam diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan agama dan keagamaan.
Pernyataan itu disampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pendidikan Islam 2025 di Jakarta, yang mengusung tema "Execution Matters! Beres Ya."
Menag Nasaruddin menekankan tiga fokus pengembangan pendidikan agama di masa depan, yaitu isu lingkungan, toleransi, dan nasionalisme. Ia menyoroti pentingnya pendidikan yang relevan untuk menjawab tantangan zaman, khususnya krisis lingkungan.
Menurutnya, pendekatan ekoteologi dapat menghubungkan nilai-nilai agama dengan pelestarian alam.
"Konsep 'khalifah' dalam Islam menjadi landasan moral untuk mengajarkan siswa menjaga lingkungan hidup. Al-Quran dan hadis memberi pesan tegas untuk tidak merusak bumi," ujar Menag Nasaruddin, dikutip Rabu, 22 Januari 2025.
Ia menjelaskan bahwa dalam tafsir Al-Quran yang diterbitkan Kementerian Agama, kata khalifah (QS Al-Baqarah: 30) diartikan sebagai pengelola alam semesta.
Ia berharap pelestarian lingkungan dapat dijadikan bagian dari ibadah dan tanggung jawab manusia melalui integrasi dalam kurikulum pendidikan agama.
Selain itu, Menag juga mendorong penguatan toleransi melalui moderasi beragama. Ia memperkenalkan pendekatan "Kurikulum Cinta" untuk mengintegrasikan nilai-nilai moderasi ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
"Pendidikan adalah jalan utama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman," tegas Menag.
Ia menambahkan bahwa moderasi beragama sangat strategis dalam membangun masyarakat inklusif sekaligus menanamkan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.
Pilar ketiga adalah nasionalisme. Menag menekankan pentingnya pendidikan sejarah, budaya lokal, dan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam menanamkan cinta tanah air.
"Nasionalisme bukan sekadar slogan, melainkan ruh dari setiap kebijakan pendidikan kita," ungkapnya.
Menurut Menag, pendidikan agama dapat menjadi benteng untuk menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi, sehingga generasi muda tetap berakar pada budaya lokal meski memiliki wawasan global.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Abu Rokhmad, menegaskan pentingnya eksekusi yang tepat dalam program pendidikan Islam.
"Perencanaan yang baik tidak berarti apa-apa tanpa eksekusi yang bersih, responsif, dan melayani. Oleh karena itu, tema Rakernas kali ini menjadi pijakan bagi kita semua untuk memastikan segala rencana dapat terealisasi dengan hasil nyata," ujar Abu.
Ia juga memperkenalkan visi besar Pendidikan Islam, yaitu "MAJU dan HEBAT." MAJU merupakan akronim dari Melayani, Amanah, Juara, dan Unggul, sementara HEBAT adalah Helpful, Excellent, Brave, Active/Authentic, dan Think.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023