Internasional

Ayatollah Khamenei Kendalikan Arah Krisis Nuklir Iran di Tengah Gencatan Senjata dengan Israel

5 jam yang lalu
Dalam foto yang dirilis oleh situs web resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berbicara kepada sekelompok orang dan pejabat di Teheran, Iran, Jumat, 21 Maret 2025.

Radarsuara.com - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjadi tokoh sentral dalam dinamika konflik terbaru antara Iran dan Israel, dikutip dari NPR pada Kamis, 26 Juni 2025.

Meskipun menyetujui gencatan senjata dan tidak membalas secara besar-besaran terhadap serangan Amerika Serikat, Khamenei belum memutuskan langkah lanjutan terkait program nuklir Iran, yang membuat konfrontasi tetap belum usai.

Khamenei, yang kini berusia 86 tahun, dikenal sebagai otoritas tertinggi dalam sistem politik dan keamanan nasional Iran. Meski bukan satu-satunya suara, ia memiliki kata akhir dalam setiap keputusan penting negara.

"We will not get along with America for one single second," adalah salah satu kutipan yang pernah tertulis di mural Teheran, mencerminkan fondasi ideologi anti-Amerika dan anti-Israel yang menjadi dasar pemerintahan Khamenei.

Ia menjabat sebagai pemimpin tertinggi sejak 1989, menggantikan Ayatollah Ruhollah Khomeini, tokoh revolusi Islam 1979 yang menggulingkan monarki Iran. 

Dalam konstitusi Iran, Khamenei bertindak sebagai pembimbing tertinggi yang menaungi presiden, parlemen, pengadilan, bank sentral, dewan keamanan nasional, dan Majelis Ahli.

Struktur pemerintahan Iran seolah mengadopsi prinsip pemisahan kekuasaan seperti di Barat, namun semua lembaga tersebut tunduk kepada otoritas Khamenei. Ia juga mengendalikan Korps Garda Revolusi dan badan intelijen yang memiliki peran penting dalam penegakan kehendaknya.

Khamenei lahir di kota suci Mashhad dari keluarga ulama. Ia meniti karier di lingkungan keagamaan dan menjadi murid dari Khomeini, yang kemudian menjadikannya presiden dan kelak pewaris kekuasaan. Rumah masa kecilnya di Mashhad kini dijadikan tempat ziarah, simbol penghormatan atas latar belakang religiusnya.

Selain otoritas politik, Khamenei juga mengendalikan imperium bisnis melalui yayasan-yayasan amal negara yang menguasai sebagian besar kekayaan minyak Iran. “They’re one of the biggest conglomerates in the world,” kata almarhum Sadegh Samii dalam wawancara tahun 2009, menggambarkan pengaruh besar Khamenei di sektor perbankan, otomotif, baja, pertanian, dan lainnya.

Karim Sadjadpour, pakar Iran, menyatakan bahwa kekuasaan Khamenei melampaui presiden AS. “He also has control over the media. He has control over the judiciary, the legislature... nothing can get done without his consent, and if you cross him, he can be extremely vindictive.”

Namun, Barbara Slavin dari Stimson Center menambahkan bahwa terdapat dinamika politik internal yang membuat Khamenei tetap harus menjaga konsensus di antara pemimpin militer, politik, dan keagamaan.

Meski pernah menyetujui kesepakatan nuklir dengan AS dan negara-negara besar, Khamenei tetap menolak menyerahkan hak Iran atas pengayaan uranium. Ia konsisten menolak tuduhan bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.

Kini, di tengah situasi pasca serangan AS dan konflik 12 hari dengan Israel, Khamenei dikabarkan hanya mengizinkan respons simbolis sebelum menyetujui gencatan senjata. Barbara Slavin menilai keputusan ini sebagai langkah strategis demi mempertahankan rezim.

"The regime wants to survive," kata Slavin. “This has been an incredibly punishing 12 days for the Islamic Republic of Iran. [From their perspective,] they need to regroup. They need to figure out whether there is the possibility of a negotiated resolution.”

Ia juga mencatat bahwa Khamenei telah menunjuk tiga calon penerus, meski keputusan akhir akan berada di tangan Majelis Ahli, lembaga yang anggotanya dipilih melalui pengaruh Khamenei sendiri.

Meskipun telah 46 tahun sejak revolusi Islam, para pemimpin Iran, termasuk Khamenei, tetap mempertahankan narasi bahwa mereka adalah bagian dari pemerintahan revolusioner. 

Di tengah gejolak internasional, arah kebijakan Iran kini sangat ditentukan oleh pemimpin tunggal yang telah menguasai republik tersebut selama lebih dari tiga dekade.

Editor: Mahipal

Komentar

You must login to comment...