Pertanian dan Peternakan

Kementan dan Masyarakat Singkong Indonesia Dorong Kemitraan Petani Singkong Melalui Kontrak Farming

Monday, 05 July 2021 21:37 WIB
Foto: Masyarakat Singkong Indonesia. (cassavaindonesia.org)

Radarsuara.com, Jakarta - Kementerian Pertanian Bersama Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) secara intens membahas prospek singkong di Indonesia. Pandemi Covid 19 diakui sedikit banyak berdampak pada ditribusi pangan. Namun demikian pemerintah telah memberikan beberapa solusi alternatif. Salah satunya dengan menggencarkan pangan lokal.

"Saya yakin pemerintah juga sudah membuat program mensinergikan dan mendiversifikasikan pangan lokal. Menurut kami singkong adalah pangan lokal yang sangat potensial dikembangkan karena bisa ditanam di lahan sempit, di pekarangan rumah dan perawatan mudah,” demikian disampaikan Arif Lambaga Ketua MSI pada webinar dengan tajuk Mengenal Lebih Dekat Singkong hari Sabtu (03/07).

Program pemerintah juga menurunkan konsumsi pangan berbasis beras. Mendukung program tersebut, MSI sudah merancang program bagaimana singkong dijadikan sebagai sumber pangan berbasis lokal. “Cara mengolah dan budidayanya kita dorong agar tercipta sirkulan ekonomi. Tanggung jawab MSi menyerap kelebihan produksi. Bagaimana tugas kita menumbuhkan demand singkong ini supaya meningkat harga jualnya,” kata Arifin.

Singkong punya peran luar biasa dalam sisi kehidupan terutama umbinya bisa untuk gaplek, mocaf dan tapioka sebagai bahan baku. Menurut Achmad Subagio, Dosen FTE dari Universitas Jember,  adalah penting membentuk korporasi petani. “Tidak usah banyak-banyak dulu, kira-kira dengan hamparan 10 ha dan pematang dihilangkan. Kenapa dihilangkan? karena pematang mengurangi efisiensi tanam,” ungkap Achmad

Ia meyakini begitu  nanti ada 10 ha maka bisa kontrak farming dengan industry yang didalamnya memuat harga, kapan dipanen, maupun negosiasi untuk produktivitas sehingga ada kejelasan pendapatan yg bisa diterima petani. “Bantuan pemerintah tidak akan dikeluarkan kalua belum ada kontrak farming tersebut. Sehingga sudah ada kepastian pasokan untuk industry dan pendapatan untuk petani,” tuturnya.

Kemudian Achmad Subagio juga menekankan pentingnya varietas baru. Varietas di negara lain tiap tahun merilis 2-3 varietas. Di Indonesia masih sangat kurang, jadi ia berharap perlunya Pemerintah mendorong  peningkatan varietas singkong.

Singkong memang selama ini tanaman yang dibudidayakan secara swadaya oleh petani. Seperti di Sulawesi Tengah, perkembangan singkong  secara produksi meningkat tiap tahun masih swadaya petani, dan belum banyak sentuhan program pemerintah. “Harapan kami selanjutnya senantiasa mendorong pengembangan singkong. Kami siap jika ada pelaku usaha berniat mengembangkan singkong di Sulteng, ujar Tri  Iriany Kadistan Sulteng yang juga ikut serta di webinar tersebut.

Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menyampaikan bahwa pemanfaatan singkong sebagai salah satu konsep Menteri Syahrul Yasin Limpo tentang 5 cara bertindak, salah satunya adalah diversifikasi pangan lokal dengan memanfaatkan singkong. “Tidak hanya diversifikasi produksi tapi juga konsumsi,” ujar Suwandi.

Kementan selama ini sudah memapping sentra singkong sampai dengan hilirnya. Tahun 2019 ada luas panen sekitar 628 ribu ha  dengan produksi 16,35 juta ton. “Semua bagian tumbuhan ini bisa diolah untuk makanan dan saya usul materi webinar berikutnya langsung di lokasi pengolahan mocaf sehingga peserta bisa melihat sendiri processingnya,” kata Suwandi.

Kembali Suwandi meminta petani supaya mulai berkelompok, naik kelas gapoktan jadi korporasi, bisa membentuk CV, PT ataupun bumdes dan lama-lama bisa membuat pabrik sendiri. “Contoh di Banjarnegara mulai dari nol dan berhasil. Kuncinya bagaimana pelaku usaha dan petani bermitra,” tandasnya.

 

Komentar

You must login to comment...