Presiden Indonesia, Prabowo Subianto bersama Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Foto: Instagram @prabowo)
Radarsuara.com - Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Abdul Muthalib, memaparkan tantangan besar yang dihadapi neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2025.
Hal itu terkait dengan keanggotaan penuh Indonesia dalam forum ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) serta kebijakan proteksionis yang direncanakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Menurut Abdul Muthalib, kebijakan perdagangan Trump yang proteksionis, termasuk penerapan tarif impor tinggi, dapat memengaruhi hubungan ekonomi Indonesia-AS.
“Jika Trump memberlakukan tambahan tarif sebesar 10-20 persen pada barang impor, produk ekspor Indonesia ke AS akan terdampak langsung. Hal ini akan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar AS dan berpotensi mengurangi minat pembeli,” ungkap Abdul, dikutip Rabu, 15 Januari 2025.
Ia juga menjelaskan bahwa sekitar 12-15 persen ekspor Indonesia ke China yang diekspor ulang ke AS berisiko terdampak. Ketergantungan Indonesia pada rantai pasok global, menurutnya, semakin memperbesar tantangan yang harus dihadapi.
Abdul memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis AS dapat memicu perang dagang yang berdampak luas, tidak hanya pada hubungan AS-China tetapi juga pada negara-negara lain, termasuk Indonesia. Kondisi ini diperkirakan dapat memengaruhi investasi asing dan memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.
Untuk mengatasi tantangan ini, ia menyarankan pemerintah memperkuat diplomasi ekonomi.
“Pemerintah perlu memperkuat negosiasi perdagangan, termasuk memperbarui fasilitas Generalized System of Preferences (GSP), agar komoditas ekspor Indonesia tetap memiliki akses ke pasar AS tanpa hambatan,” jelasnya.
Selain itu, diversifikasi pasar dianggap sebagai langkah strategis. Keanggotaan Indonesia di BRICS, menurut Abdul, dapat dimanfaatkan untuk memperluas akses pasar ke negara-negara seperti Rusia dan India.
“Keanggotaan Indonesia di BRICS memberikan posisi tawar yang lebih kuat dalam isu perdagangan global. Ini adalah peluang besar untuk mempererat hubungan ekonomi dengan negara-negara non-Barat di tengah tekanan proteksionis dari AS,” tambahnya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjah Rasjid, menyambut positif keanggotaan ini.
“Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta, keanggotaan di BRICS dapat membawa perekonomian Indonesia menuju pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Arsjah.
Sebagai langkah strategis, Abdul Muthalib menekankan pentingnya inovasi dan peningkatan kualitas produk ekspor.
“Inovasi dan peningkatan kualitas produk akan menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian global akibat dinamika ekonomi baru ini,” tutupnya.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023