Pertanian dan Peternakan

Poligon Tulang Punggung Pembangunan Pertanian, Kementan Dorong Peran Aktif Penyuluh

Friday, 27 June 2025 19:44 WIB
Poligon Tulang Punggung Pembangunan Pertanian, Kementan Dorong Peran Aktif Penyuluh (Foto: Dok. Kementan)

Radarsuara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mewujudkan swasembada pangan, diantaranya melalui pelaksanaan peningkatan kapasitas pembuatan  Poligon di lahan Optimasi  (Oplah) dan Cetak Sawah Rakyat (CSR).

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyoroti pentingnya kedaulatan data pertanian nasional, di mana poligon menjadi tulang punggung dalam membangun basis data geospasial pertanian yang akurat dan terkini. Melalui pemetaan berbasis poligon, pemerintah dapat mengetahui kondisi setiap petak lahan secara detail, mulai dari komoditas yang ditanam, status irigasi, hingga produktivitasnya.

“Negara ini terlalu besar untuk dikelola tanpa data. Dengan poligon, kita tahu persis di mana dan apa yang harus dilakukan. Inilah fondasi untuk membangun pertanian presisi dan sistem logistik pangan yang kuat,” ujar Mentan Amran.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP),  Idha Widi Arsanti memandang poligon sebagai alat integratif antara program pembangunan dan penguatan kapasitas SDM pertanian, terutama penyuluh. Menurutnya, data spasial dari poligon dapat menjadi acuan lintas program, mulai dari alsintan, bantuan benih, hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Dalam hal ini, penyuluh tidak hanya menjadi pelaksana program, tetapi juga aktor utama dalam menjaga validitas data lapangan.

“Poligon bukan berdiri sendiri, tapi menyatu dalam sistem ekosistem SDM pertanian. Kalau datanya akurat, programnya akan tepat, penyuluhnya dipercaya, dan petaninya terbantu,” jelas Kabadan Santi.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Tedy Dirhamsyah, menyatakan bahwa pemanfaatan poligon berperan penting dalam transformasi digital penyuluhan pertanian. Bahkan Tedy menekankan jika peta poligon bisa dijadikan sebagai media visual dalam penyuluhan interaktif, baik secara tatap muka maupun daring. 

Selain itu, penyuluh dapat menggunakan poligon sebagai bahan pelaporan kegiatan berbasis lokasi (geo-tagging), mempercepat proses monitoring dan evaluasi.

“Kita dorong penyuluh naik kelas, dari cara-cara konvensional menuju digital. Poligon adalah bagian dari reformasi layanan penyuluhan, biar cepat, transparan dan bisa dipertanggungjawabkan,” ungkap Tedy. 

Pada acara Ngobrol Asyik Penyuluh dan Petani (Ngobras) Volume 19,  Selasa (24/06/2025) dengan tema “Refreshing Pelatihan serta Evaluasi Implementasi Pembuatan Poligon di Lahan Pertanian”, menghadirkan narasumber Direktur Pemetaan Lahan dan Irigasi Pertanian Andy Wijanarko, dan Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Intan Rahayu.

Dalam kesempatan ini Andy menyampaikan bahwa dalam pelatihan poligon harus melalui beberapa rangkaian yaitu perencanaan, pelaksanaan dan terakhir monev. Kegiatan pelatihan pembuatan poligon ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Pertemuan ini merupakan bagian dari pelaksanaan yang telah kita kerjakan dan terakhir kami akan melakukan hasil evaluasi ini untuk masukan bersama dengan melihat keefektivitasan rangkaian dari kegiatan poligon ini. 

Jika masih ada kekurangan maka akan segera kami perbaikan harapannya dari kegiatan ini penyuluh yang menerima pelatihan telah melakukan poligonisasi dan menerapkannya untuk kegiatan Oplah dan cetak sawah. Dari hasil evaluasi telah diketahui yang telah melakukan pembuatan poligon oleh Penyuluh Pertanian baru 25 Provinsi, sedangkan masih ada 14 Provinsi lagi yang belum melakukan pelatihan poligon tersebut, jelas Andy.

Sedangkan Intan Rahayu mengapresiasi para penyuluh pertanian di seluruh indonesia karena telah melaporkan LTT. Diharapkan para penyuluh untuk menyampaikan data yang sebenar-benarnya. Dimana Penyuluh pertanian adalah garda terdepan dalam mengumpulkan data spasial poligon lahan melalui e-Pusluh, yang sangat penting untuk mendukung kebijakan pangan nasional. Data luas tanam dan panen yang masuk harus diverifikasi secara online dan dengan turun ke lapangan, agar akurasi dan akuntabilitasnya sesuai standar BPS. 

Pelatihan polygon ini merupakan bukti dukung jika lahannya sudah dilaporkan, sehingga tidak ada data yang terlewatkan dengan adanya polygon ini. Dengan tercataatnya dalam polygon maka kita bisa mengetahui lahan yang bisa ditanam oleh para petani, ungkap Intan.

Terakhir, dengan adanya pembuatan poligon ini dapat membantu penyuluh dalam memetakan dan mengelola lahan pertanian secara lebih efektif, termasuk lahan eksisting dan lahan baru seperti Oplah dan cetak sawah. (NS/NF)

 (*/Adv) 

Komentar

You must login to comment...