Bahas Urban Farming Berbasis Agrowisata, Pj Wali Kota Banda Aceh Jadi Pembicara di Seminar Internasional
2 jam yang laluPenjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal jadi pembicara di seminar Internasional. (Foto: dok. diskominfo Kota Banda Aceh)
Radarsuara.com - Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal, menyoroti pentingnya pengembangan urban farming berbasis agrowisata dalam mendukung ekonomi hijau dan ketahanan pangan kota.
Hal tersebut disampaikan dalam seminar internasional bertajuk “Regenerative Agriculture, Agrotourism and Food Security: Challenges and Opportunities” yang diselenggarakan oleh Rumoh Pangan Aceh (RPA) bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) di Multipurpose Room Fakultas Pertanian USK, dikutip Sabtu, 1 Februari 2025.
Acara ini diawali dengan sambutan dari Konsulat Kedutaan AS Sumatera Utara, Bernard, melalui video rekaman, serta dibuka secara resmi oleh Rektor USK.
Seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara internasional dan akademisi yang membahas isu pertanian regeneratif, agrowisata, dan ketahanan pangan.
Dalam paparannya, Almuniza menjelaskan bahwa konsep urban farming berbasis agrowisata dapat menggabungkan sektor pertanian dan pariwisata, menciptakan destinasi wisata edukatif yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani kota.
“Urban farming berbasis agrowisata menggabungkan pertanian kota dengan sektor pariwisata, menciptakan destinasi wisata edukatif yang menarik bagi masyarakat dan wisatawan. Konsep ini memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani kota serta mendukung ekonomi hijau,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mewujudkan Banda Aceh sebagai kota berbasis agrowisata berkelanjutan, diperlukan investasi dalam teknologi pertanian kota, penguatan komunitas petani perkotaan, serta promosi produk pertanian ke pasar domestik dan internasional.
Meskipun bukan ahli pertanian, Almuniza mengungkapkan ketertarikannya terhadap sektor ini yang telah tumbuh sejak kecil.
“Dari kecil saya sudah akrab dengan pertanian, hingga saat ini,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Kota Banda Aceh yang memiliki luas wilayah hanya 61 kilo meter, menghadapi keterbatasan lahan pertanian. Namun, Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh terus menggulirkan program urban farming sebagai solusi, salah satunya melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Program ini mencakup pembentukan kelompok tani, pembangunan kebun bersama, sekolah urban farming, pelatihan, serta dukungan alat pertanian dan bibit tanaman bagi masyarakat.
“Program ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan menanam berbagai tanaman kebutuhan pokok. Program urban farming ini menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga, apalagi di tengah terus bertambahnya jumlah penduduk,” tambahnya.
Almuniza menyoroti keberhasilan program ini di beberapa kawasan, termasuk Desa Lampulo, yang menurutnya dapat menjadi contoh bagi warga lain.
Namun, ia juga mengakui adanya tantangan dalam implementasi program urban farming, terutama rendahnya partisipasi masyarakat yang masih didominasi oleh kaum ibu, serta kendala pemasaran hasil panen.
“Saya berharap Rumoh Pangan dapat bekerja sama dengan Pemko Banda Aceh untuk memikirkan solusinya, terutama dalam hal pemasaran,” harapnya.
Editor: Mahipal
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023